Kala Aku Tiada

Kala Aku Tiada

By.Ida Kusdiati

Berita duka dari sahabat yang harus pergi di usia muda meninggalkan duka teramat dalam bagiku.

Meski bukan diriku yang saat ini terbujur kaku, tapi naluri manusiawiku tak sanggup menahan derai air mata.

Andaikan aku yang harus pergi…bekal apa yang sudah kutinggalkan buat ananda?

Pertanyaan yang seringkali hinggap dibenak bukan karena takut dan khawatir, namun pengingat diri agar ikhtiar makin dikuatkan saat kelelahan pengasuhan mulai mendera.

Seringkali saat aku mengajak ananda terlibat dalam urusan rumah tangga dengan membagi habis tanggungjawab sesuai umur dan kesiapan mereka, ada tanya disana.

“Mengapa sih, Ma… di rumah Tante A aja yang ndak kerja kantoran kayak Mama pakai ART, Mama kok tidak?” tanya anakku yang no.3 saat dia berusia 7 tahun.

“Mama melatih kita, Bang, biar mandiri,” jawab Sang Kakak padanya karena sudah pengalaman sebelumnya.

“Emangnya kenapa? Kan Mama ada uang, lagian kalau masak air ama nasi kan Mama bisa, masak yang begini Abang juga harus ikutan sih!” Jawabnya bernada protes.

Aku tersenyum padanya dan ku jawab, “kelak Abang akan rasakan manfaatnya jika tiba waktunya.”

“Ya, Bang. Ntar baru berasa manfaatnya… lagian Kakak berdua bakalan nggak ada dirumah, jadi Abang harus siap bantu Mama,” timpal sang Kakak.

Dengan berjalannya waktu, Abang semakin mandiri di usianya menjelang 10 tahun. Dia mulai merasakan manfaat dari banyak ketrampilan pekerjaan rumah yang bisa dilakukan, disamping ibadah yang juga sudah menjadi kebutuhan bukan paksaan lagi.

Bahkan pernah suatu hari saat kami nonton bareng acara rohani islam di salah satu televisi swasta. Temanya tentang sholat jenazah dan salah satu pesan utamanya, “yang paling afdhol menyolatkan jenazah jika itu orang tuanya, adalah ananda.”

Aku menyaksikan matanya berkaca-kaca mendengar penyampaian dari sang narator dengan visual yang menggugah mata untuk diam menyimak dengan seksama.

Tipe ananda yang visual kami coba untuk siasati dengan seringkali memutarkan film atau video seperti ini. Karena dia akan konsentrasi penuh dan mudah memahami serta mengambil ibroh dari tontonannya, termasuklah hari itu.

“Berarti kalau abang sudah baligr, abang harus siap ya, Ma,” ucapnya kala itu.

“Insya Allah, Bang.” Tukasku karena tiada yang tahu rahasia takdir termasuk waktu ajal menjemput kecuali Allah azza wa jalla.

Kuharap bila tiba waktunya kala aku tiada, semua benih yang telah kusemaikan pada jiwa, raga dan hati ananda akan berbuah amal kebaikan. Baik bagi dirinya juga bagi banyak orang, serta jadi penyambung amalku ibunya.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Wallahu’alam

Ida Kusdiati

Tinggalkan Balasan