Mahar Seperangkat Alat Shalat, Why Not !

Mahar Seperangkat Alat Shalat, Why Not !

Serial NSBM3 – “Nikah Sah Berkah Mudah Murah Meriah”

Oleh : Cahyadi Takariawan

 

 

Adakah batasan mahar? Pada dasarnya, tidak ada. Namun syari’at menuntunkan agar mahar dimudahkan. “Mudah” tentu berbeda dengan “murah”. Bisa jadi ada mahar yang murah, namun tidak mudah untuk diwujudkan. Bisa jadi pula ada mahar yang mudah, walau harganya tak murah. Yang dikehendaki adalah yang mudah.

Anda ingat kisah “perploncoan” mahasiswa baru jaman dulu? Banyak permintaan para senior yang sebenarnya sangat murah, namun tidak mudah untuk mendapatkan. Misalnya, diminta membawa tas yang terbuat dari karung goni. Atau tas yang terbuat dari karung bekas wadah gandum dengan merek tertentu yang sekarang sudah tidak lagi diproduksi.

Setengah mati mencari barang seperti itu. Walau di pasar loak, juga sudah sangat langka. Ketika berhasil mendapatkan, harganyapun sangat murah. Bahkan banyak pedagang yang memberikan secara gratis karena di tempat mereka karung goni atau wadah gandum seperti itu sudah tidak digunakan lagi. Murah, tapi tak mudah.

Saya dibuat pusing saat anak perempuan masuk kuliah dan mendapat tugas perploncoan yang aneh-aneh seperti itu. Bagi kebanyakan orangtua, lebih memilih yang mudah, walau bisa jadi tidak murah, dibandingkan permintaan yang susah untuk didapatkan semacam itu. Tentu akan lebih menyenangkan, apabila mudah dan murah.

Nah, mahar seperangkat alat shalat itu sudah “template” di Indonesia. Mungkin terdengar klise dan “tidak kreatif”, namun hakikatnya masuk. Yaitu : mudah dan murah. Selain itu, ada hakikat lain yang didapatkan, yaitu : bermanfaat, karena menghantarkan sampai surga akhirat.

Apa filosofi mahar seperangkat alat shalat?

Yang pertama dan paling penting adalah mudah didapatkan. Di pasar-pasar tradisional, di toko busana muslim, di toko online, sangat banyak dijual seperangkat alat shalat. Bahkan yang sudah siap disetting menjadi sebuah mahar pernikahan, lengkap dengan hiasan dan asesorisnya.

Tidak ada kesulitan sama sekali untuk mencari dan mendapatkan seperangkat alat shalat. Benar-benar mudah untuk didapatkan.

Yang kedua, harganya pun murah. Jika kita searching harga seperangkat alat shalat, akan menjumpai ragam yang sangat banyak. Dari yang harga murah meriah –seratusan ribu, sampai pun yang lebih mewah. Semua ada pilihannya, tergantung kemampuan dan selera. Ini membuat terjangkau oleh rata-rata penganting di Indonesia.

Kurang lebih telah menjadi pesan umum di kalangan pemuda, “Jangan berani-berani menikah kalau kamu belum mampu membelikan seperangkat alat shalat untuk calon istrimu”. Dan ternyata, harganya terjangkau, karena murah.

Yang ketiga, memberikan kemanfaatan yang berkesinambungan. Seperangkat alat shalat, tentu kemanfaatannya adalah untuk menunaikan ibadah shalat, baik yang wajib maupun yang Sunnah. Mahar ini menjadi benar-benar terpakai sepanjang masih layak pakai.

Sebagaimana diketahui, kaum perempuan harus menutup aurat yang “jumlahnya” lebih banyak daripada kaum laki-laki. Oleh karena itu, mereka memerlukan kain yang khusus saat menunaikan shalat, yang kita sebut sebagai mukena. Berbeda dengan kaum laki-laki yang lebih “simple” cara menutup auratnya dalam shalat.

Yang keempat, memberikan pesan spiritual yang mendalam. Dengan mahar seperangkat alat shalat, akan lebih bisa memberikan pesan bagi pengantin lelaki maupun perempuan, untuk selalu menjaga shalat di sepanjang kehidupan. Juga menjadi simbol persetujuan dari awal bahwa shalat adalah hal yang harus diutamakan dan dijaga dalam keluarga mereka.

Inilah, mengapa secara “template”, mahar di Indonesia hampir selalu seperangkat alat shalat. Bukan seperangkat alat pancing, bukan seperangkat alat seduh kopi, bukan seperangkat alat tambang batubara.

 

Kereta Api Malioboro Ekspress, Malang – Yogyakarta 22 Juli 2019

Cahyadi Takariawan

Cahyadi Takariawan telah menulis lebih dari 50 judul buku yang sebagian besarnya bertema keluarga. Aktivitasnya saat ini selain menulis adalah menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Mendirikan Jogja Family Center (JFC) pada tahun 2000 sebagai kontribusi untuk mengokohkan keluarga Indonesia. Kini JFC bermetamorfosis menjadi Wonderful Family Institute. Beliau dapat diakses melalui Instagram @cahyadi_takariawan

Tinggalkan Balasan