Motivasi Ini yang Mampu Mempertahankan Keutuhan Keluarga Anda

Motivasi Ini yang Mampu Mempertahankan Keutuhan Keluarga Anda

.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Dalam menjalani kehidupan pernikahan, terkadang pasangan suami istri menjumpai titik puncak kejenuhan. Mereka mulai mempertanyakan hal yang paling mendasar, untuk apa mempertahankan rumah tangga yang tidak bahagia?

Pada titik seperti itu, sesungguhnya yang harus mereka temukan dan hidupkan kembali adalah motivasi dasar dalam membangun rumah tangga. Apa motivasi yang mendasari Anda menjalani kehidupan pernikahan dan berumah tangga?

Menghidupkan motivasi dalam kehidupan seseorang, bisa diibaratkan seperti menyalakan lentera dalam kegelapan. Lentera tersebut memerlukan  bahan bakar, sumbu dan pemantik api.

Sejak awal hidup berumah tangga, sediaan bahan bakar haruslah memadai, agar bisa memberikan cahaya dalam waktu yang lama. Namun, perlu memilih bahan bakar yang mudah dicari. Apabila sediaan mulai berkurang bisa Anda dapatkan dimana saja.

Sifat lentera tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas sumbu, dan juga sediaan bahan bakarnya. Suatu ketika lentara terang bercahaya, karena sumbu yang bagus dan bahan bakar yang penuh.

Ada saat dimana lentera melemah cahayanya, lantaran berkurangnya bahan bakar yang menyebabkan api membakar sumbu hingga habis. Bahkan ada kalanya lentera tersebut padam, lantaran kehabisan bahan bakar, dan sumbu tak lagi memadai untuk dinyalakan.

Nyala api lentera tersebut adalah motivasi dalam kehidupan berumah tangga. Sumbu lentera tersebut adalah perasaan dan hati Anda, tempat bersemayamnya motivasi. Adapun bahan bakar lentera adalah peristiwa, kejadian, ingatan, nilai, norma, pesan, yang siap memberikan kekuatan nyala lentera.

Apabila sumbu hati Anda kokoh, bertemu dengan kejadian atau peristiwa atau pesan moral yang membangkitkan semangat, maka menyalalah lentera motivasi hidup Anda dengan sinar yang terang. Hidup Anda menjadi sangat hidup.

Dengan demikian, apabila dalam rumah tangga Anda menjumpai motivasi yang lemah, bahkan hampir padam, jangan lupa asah sumbu hati Anda untuk tetap tegar, dan carilah sebanyak mungkin kejadian, peristiwa, ingatan, nilai atau pesan, yang bisa membangkitkan nyala motivasi Anda berdua. Tugas Anda adalah membesarkan nyala lentera yang tengah meredup, agar kembali menerangi kehidupan dengan cahaya yang benderang.

Cara pertama kali yang harus Anda lakukan adalah memperkuat sumbu kepribadian Anda. Ya, inilah kekuatan internal yang akan menjamin bagusnya nyala lentera. Jauhkan hati Anda dari berbagai kekotoran dan penyakit, agar ia selalu berada dalam kondisi bersih bersinar cerah.

Hati yang sehat, itulah sumbu lentera yang sangat kuat cahayanya. Apabila hati dipenuhi berbagai penyakit, maka sumbu lentera itu berkurang kualitasnya, sampai apabila hati telah mati, ibarat sumbu yang sudah kehilangan jati diri. Sumbu seperti ini tidak akan bisa menyala walau disulut api dan diberikan bahan bakar yang memadai.

Cara berikutnya adalah mengumpulkan bahan bakar sebanyak mungkin, ya, sebanyak mungkin. Jika perlu Anda mendatangi ulama, ustadz, psikolog atau konsultan, untuk meminta nasihat dari mereka. Boleh juga Anda mengikuti seminar atau pelatihan untuk mendapatkan semangat baru dalam hidup Anda. Atau membaca berbagai buku-buku yang membawa pencerahan bagi perjalanan keluarga Anda.

Ingat jangan sampai Anda lengah. Jika terlambat mengisi bahan bakar, sumbu hati Anda sendiri yang akan terbakar, dan pada akhirnya lentera motivasi Anda segera padam.

Bahan Bakar Lentera Anda

Sangat banyak jenis bahan bakar yang bisa menjadi energi untuk menyalakan lentera motivasi Anda. Masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam seberapa besar kemampuan menyelakan dan memperbesar nyala lentera.

  • Cinta Surga, Takut AdzabNya

Nabi saw memberi motivasi para sahabat di medan perang di antaranya dengan surga. Ini adalah sebuah motivasi yang sangat kuat dalam diri manusia. Ketika seorang suami memimpin rumah tangga, ia takut berlaku zhalim kepada anak dan isterinya, karena ia sangat ingin masuk surga.

Ia khawatir kalau berperilaku jelek, akan menyebabkan masuk neraka. Demikian pula seorang isteri yang cinta surga, akan berlaku baik dalam rumah tangga. Ia takut kalau Allah murka kepadanya karena pembangkangan kepada suami.

Cobalah saya ajak Anda menengok keluarga Anwar. Ia mendapatkan cobaan berat dalam hidup. Tati, isteri Anwar, menderita depresi semenjak hamil anak pertama, karena ada permasalahan dengan orang tua, hingga berlanjut kepada skizofrenia.

Jika ada pemicu tertentu pada Tati, langsung tampak kondisi skizofrenia. Ia bicara sendiri, tertawa sendiri, berperilaku aneh dan tidak terkendali.

Sudah berapa dokter jiwa dikunjungi Anwar untuk menyembuhkan sang isteri, sudah berapa rumah sakit jiwa didatangi untuk menuntaskan kelainan sang isteri, namun belum ada hasil yang memuaskan. Masyarakat menyebut, Tati gila musiman.

Sehari-harinya Anwar bekerja di sebuah instansi pemerintah, dan jika sampai di rumah ia berlaku sebagai pengasuh isteri dan tiga anak-anaknya. Kondisi Tati tidak memungkinkan untuk bisa mengelola anak-anak. Semua urusan anak dan kerumahtanggaan dilakukan oleh Anwar dengan penuh tanggung jawab sebagai suami dan bapak.

Hal yang kadang membuat Anwar sedih adalah apabila ada undangan dari instansi tempatnya bekerja untuk menghadiri acara yang melibatkan keluarga. Ia hadir bersama tiga anaknya, karena tidak bisa membawa sang isteri, sementara teman-teman kantor hadir beserta isteri dan anak-anak. Kondisi ini akhirnya dimaklumi semua teman kerjanya. Mereka bahkan berempati terhadap kondisi keluarga Anwar.

Suatu saat ada seorang teman yang bergurau, “Sudahlah pak Anwar, nikah lagi saja, daripada punya isteri tapi tidak berfungsi.” Ada lagi yang bahkan menyarankan, “Ceraikan saja Tati, pak Anwar, dan kirim ia ke rumah sakit jiwa…..” Apa jawaban Anwar ? Coba dengarkan baik-baik…..

“Saya tidak pernah berpikir menceraikan Tati. Saya juga tidak berpikir akan menikah lagi. Saya berharap, dengan cara inilah Allah akan memberikan surga bagi saya….”

Subhanallah….

“Kalau saya menikah lagi, atau saya ceraikan Tati, siapa yang akan mengurus dia nanti. Bagaimanapun kondisinya sekarang ini, saya pernah menikmati kebahagiaan optimal bersamanya, terutama saat dulu ia masih normal. Saya tidak mau menyakiti hatinya…” lanjut Anwar.

Subhanallah….

Saya menangis pertama kali mendengar kisah keluarga Anwar. Saya tidak membayangkan ada lelaki berhati sebersih Anwar. Dengan posisi di instansi tempatnya mengabdi, sangat mudah bagi dia untuk menikah lagi, apalagi ada “alasan” yang bisa dipahami terkait kondisi Tati.

Masih adakah lelaki di dunia ini yang berjiwa besar seperti Anwar ? Saya berharap Andalah orangnya. Ia hanya berharap surga. Dan menurut saya, ia pantas mendapatkannya….

  • Amal Spiritual

Anda membaca Al Qur’an, mentadaburi makna ayat-ayat yang tengah Anda baca, sembari merenungkan kehidupan yang tengah Anda jalani, adalah bagian dari bahan bakar spiritual. Misalnya, Anda baca pernyataan Allah:

Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah” (Adz Dzariyat: 51).

Kewajiban kita hanyalah beribadah kepada Allah, dalam segenap langkah kehidupan kita. Selanjutnya, mencetak generasi baru untuk beribadah kepadaNya, agar risalah kebenaran senantiasa ditegakkan di sepanjang zaman. Artinya, misi hidup Anda bukanlah untuk bersenang-senang, namun untuk melakukan perjuangan dalam kerangka ibadah kepadanya.

Anda mengkaji hadits Nabi saw, dan menemukan banyak arahan agar senantiasa hidup dalam kelurusan orientasi. Misalnya Anda mendapatkan pernyataan Nabi saw dalam hadits arba’in berikut:

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا  اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ  اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering’” (HR. At-Tirmidzi)

Nabi saw mengajarkan kepada sikap hidup yang senantiasa dekat dengan Allah dalam segala keadaan. Semestinya Anda tidak perlu terjebak dalam kesempitan urusan hidup berumah tangga, apabila senantiasa memiliki kedekatan dengan Allah.

Pada kondisi dimana Anda bertepuk sebelah tangan, Anda ingin berlaku baik kepada pasangan tetapi disalahpahami, Anda ingin membahagiakan pasangan tetapi tidak ditanggapi, Anda ingin bermesraan dengan pasangan tetapi merasa tidak diperhatikan, maka ingatlah Anda masih memiliki tempat untuk mencurahkan semua kesedihan Anda: kepada Allah!

Suatu ketika Anda merasa dizhalimi, suatu saat Anda merasa disakiti dan dianiaya oleh pasangan Anda, dan Anda tidak berdaya menghadapinya. Suatu saat Anda merasa dikasari fisik dan perasaan Anda, suatu ketika Anda merasa dilecehkan dan dihina pasangan Anda, pada kondisi seperti itu ingatlah bahwa Anda memiliki Allah yang siap untuk mendengarkan keluhan Anda.

Ingatlah selalu, ada Allah yang siap menyembuhkan luka hati Anda, yang siap mengabulkan doa Anda. Allah selalu siap memberikan pahala besar atas kesabaran dan keikhlasan Anda menghadapi perilaku pasangan Anda. Maka, pengorbanan Anda tidak akan pernah sia-sia di sisi Allah.

  • Kejadian dan Pengalaman

Ada banyak pesan moral yang bisa kita dapatkan dalam kehidupan keseharian. Suatu saat saya mengikuti program Latihan Dasar Kepanduan, yang salah satu menu acaranya adalah naik lereng gunung Merapi. Saya merasakan betapa berat kegiatan naik lereng gunung ini, padahal program tersebut tidak untuk mendaki puncak Merapi, hanya lerengnya saja.

Bagi peserta program yang lemah motivasi dirinya, akan sangat cepat merasa lelah dan lemah dalam melakukan pendakian lereng gunung. Saya termasuk salah seorang di antara mereka yang lemah. Dengan punggung dipenuhi beban ransel, perjalanan mendaki lereng ini sungguh merupakan aktivitas yang amat melelahkan bagi saya. Pada titik tertentu, bahkan kadang saya merasa heroik, bahwa saya mampu mengikuti pendakian lebih dari separohnya.

Keringat saya telah membanjiri tubuh, kepenatan telah menghinggapi jiwa, dan perjalanan masih setengahnya lagi, sementara semakin tinggi lereng yang harus didaki. Mendadak saya dikejutkan oleh munculnya dua ibu tua yang keluar dari balik hutan sembari membawa rumput untuk makanan ternak. Mereka tidak tampak kelelahan, wajah mereka biasa saja, padahal beban rumput dipunggung mereka menggunung, saya perkirakan dua kali lebih berat daripada beban ransel saya.

Rupa-rupanya mereka penduduk asli lereng Merapi yang pekerjaan setiap hari adalah beternak sapi, sehingga harus mencarikan rumput untuk makan ternak mereka. Menilik usia ibu-ibu tersebut, rupanya sudah hampir mencapai 50 tahun, sementara usia saya pada waktu itu belum sampai 30 tahun.

Setiap hari mereka naik turun gunung untuk mencari rumput dan kayu bakar, toh mereka merasa ringan saja. Kuncinya adalah, mereka memiliki motivasi yang kuat untuk hidup, sehingga berbagai beban terasakan ringan. Mereka merasa gembira dengan apa yang mereka jalani.

Pesan moral yang saya dapatkan dengan sangat kuat dari peristiwa tersebut adalah, bahwa hidup bisa dilalui dengan bahagia apabila kita mampu melewatinya dengan sikap yang positif, dengan sebuah motivasi yang tinggi. Tiba-tiba saya menjadi termotivasi oleh kejadian tersebut.

Ada perasaan malu dalam hati saya, namun juga takjub. Yang saya lakukan belum ada apa-apanya dibanding dua ibu tua tersebut. Saya hanya mengikuti program Kepanduan tahunan, sedang mereka bekerja harian. Begitulah dalam kehidupan sehari-hari, amat banyak kejadian dan pengalaman yang bisa menjadi bahan bakar lentera motivasi kita.

Cobalah sesekali Anda perhatikan kehidupan masyarakat desa yang jauh dari keramaian ibukota, yang hidup mereka teramat sangat sederhana, namun teramat banyak kebahagiaan bisa mereka dapatkan dalam rumah tangga. Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan hidup berumah tangga, rupa-rupanya, tidak harus menempuh pendidikan tinggi.

Lalu bagaimana dengan Anda yang mengenyam bangku pendidikan tinggi? Semestinyalah Anda lebih bisa menikmati kebahagiaan hidup berkeluarga, karena relatif lebih mengerti secara teoritis, tentang bagaimana harus membangun rumah tangga.

Kadang Anda terbangkitkan motivasi Anda melihat dan mendengar penderitaan orang lain. Saya sering mendengar penuturan permasalahan dalam rumah tangga. Seorang isteri menyampaikan betapa ia menderita karena sikap suami yang sangat kaku, tidak mau mengalah dan kasar kepada isteri.

Memang tidak pernah melakukan pemukulan atau menyakiti fisik isteri, namun suami tersebut sering menyakiti perasaannya. Ia mencertitakan sering tidak bisa tidur malam, dan menangis seorang diri, karena perlakuan suaminya.

Cerita tersebut, di satu sisi menuntut saya menyampaikan penyelesaian masalah, sebagai seorang konsultan keluarga, namun pada sisi yang lain menumbuhkan pengertian dan rasa empati  pada saya. Ada sebuah bahan bakar bagi lentera motivasi saya, bahwa saya bisa menzhalimi isteri saya apabila melakukan hal yang demikian, oleh karenanya sebagai suami harus berlaku sebijak mungkin dalam berinteraksi.

  • Intelektual

Perbanyaklah ruang bagi penambahan ilmu Anda. Secara intelektual, banyak wacana yang bisa menghantarkan Anda menuju kebangkitan motivasi. Saya sendiri menemukan banyak hal baru dari membaca dan mendengarkan ilmu. Semestinya kita tidak boleh berhenti belajar, justru karena kita senantiasa menghajatkan kebaruan dalam kehidupan.

Terkadang kita membaca buku, yang dengan itu terbangkitkanlah motivasi hidup kita. Teramat banyak hal yang belum kita ketahui, padahal ia sangat penting bagi kebaikan hidup berumah tangga. Dengan banyak menambah wawasan, akan semakin terbukalah cakrawala pemikiran, yang membuat kita tidak sempit hati menghadapi permasalahan kehidupan berkeluarga.

Cobalah Anda ke toko buku bersama pasangan Anda, dan carilah berdua buku-buku yang sekiranya akan menjadi bahan bakar bagi lentera motivasi Anda, sejak dari buku-buku agama, psikologi, manajemen hidup, biografi tokoh, sampai hal-hal ringan seperti buku resep masakan dan cara menata taman.

Coba pula Anda berdialog, berdiskusi dengan berbagai kalangan pakar, untuk memperluas cakrawala pemikiran dan wawasan Anda tentang pengelolaan keluarga dari berbagai sisinya. Bisa pula Anda berdua mengikuti seminar atau pelatihan tentang keluarga, agar ada tambahan pencerahan bagi wacana intelektual Anda.

Kadang-kadang sebuah keluarga berada dalam jurang kehancuran dan seperti tidak menemukan jalan keselamatan. Pada titik tertentu, jawaban-jawaban intelektual yang didapatkan dari berbagai referensi sangat bermanfaat untuk membantu mereka keluar dari krisis.

Sejumlah teori dan manajemen kehidupan, diperlukan untuk membantu keluarga dalam menemukan kebahagiaan dan menjaga keutuhan rumah tangga. Dengan berbekal luasnya ilmu dan pengetahuan, akan memudahkan suami dan isteri untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan ilmiah. Maka, jangan pernah lupa, asah terus sisi intelektual Anda.

  • Beban Moral

Cobalah Anda renungkan posisi diri Anda, di tengah keluarga besar, di masyarakat, di kantor tempat Anda bekerja, bahkan dalam rumah tangga Anda sendiri. Sudah barang tentu sebagai suami atau isteri, Anda menempati posisi sentral, tempat bergantungnya segala kebaikan. Apakah tega Anda mengecewakan ribuan sorot mata yang mengarahj kepada Anda?

Ada beban moral bagi Anda, sebagai seseorang yang dipercaya dan mendapatkan harapan untuk menjadi contoh teladan dalam kehidupan. Mungkin Anda orang biasa saja, bukan pemimpin, bukan atasan, akan tetapi bukan berarti Anda tidak menjadi contoh teladan dalam posisi seperti itu.

Minimal, Anda adalah teladan bagi anak-anak dan kerabat dekat Anda. Apabila bahtera rumah tangga Anda dilanda bencana permasalahan yang menyebabkan kehancuran, bayangkan, betapa kecewa ayah ibu Anda, anak-anak, adik dan kakak Anda. Semua kecewa.

Sulit bagi Anda untuk melepaskan diri dari beban moral seperti ini. Mungkin rasanya memang membebani, tetapi sesungguhnya ia merupakan salah satu bahan bakar yang efektif untuk memperbesar nyala lentera motivasi Anda.

Cobalah Anda perhatikan,  seseorang bisa memenangkan perlombaan lari, semata-mata karena merasa malu kalau kalah. Seseorang bersedia belajar giat demi sukses ujian, karena malu kalau sampai gagal. Seorang gadis bersedia mengeluarkan biaya besar untuk operasi plastik, karena malu wajahnya dipenuhi jerawat. Nah, sekedar beban moral bernama “malu”, mampu memperbesar nyala lentera motivasi seseorang.

Tentu saja, masalahnya bagi Anda bukan sekedar  malu kalau sampai terlihat keluarga Anda tidak harmonis. Lebih dari itu, beban moral tersebut terkait dengan masa depan yang lebih panjang. Masa depan anak-anak, sangat dipengaruhi oleh suasana yang mereka dapatkan dalam rumah tangga.

Apabila suasana rumah tangga dipenuhi cinta dan kasih sayang, niscaya berbagai potensi kebaikan akan teroptimalkan. Sebaliknya, apabila suasana rumah dipenuhi oleh amarah dan permusuhan, anak-anak akan mendapatkan trauma yang membuat potensi mereka tidak teroptimalkan. Jadikan beban moral tersebut sebagai pembakar nyala lentera motivasi Anda.

  • Nasihat

Siapapun memerlukan nasihat. Tidak ada orang yang tidak memerlukan nasihat. Bahkan Nabi saw menggambarkan agama sebagai nasihat.

Dari Abi Ruqayah Tamim bin Aus Addary ra, ia berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami bertanya, “Bagi siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitabNya, rasulNya dan bagi Imam kaum muslimin serta seluruh mereka” (Riwayat Muslim).

Jangan menyalahartikan nasihat, bahwa seakan-akan yang meminta nasihat hanyalah orang yang bermasalah, dan seseorang dinasihati karena ada kesalahan. Nasihat itu mengingatkan, menyegarkan, mencerdaskan, mencerahkan dan menyejukkan.

Kaum muslimin setiap kali melaksanakan shalat Jumat senantiasa mendengarkan nasihat dari para khathib agar mereka bertaqwa kepada Allah. Demikianlah nasihat menjadi tradisi di kalangan masyarakat beriman, bahkan menjadi salah satu ciri orang yang tidak merugi:

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (Al Ashr: 1-3).

Apabila kita menyiapkan diri untuk menerima nasihat, sungguh akan banyak hal baru kita dapatkan. Seringkali nasihat itu berulang dari segi isi, kendati demikian tetap memberikan manfaat, justru karena manusia memiliki sifat lalai dan lupa.

Untuk itu jangan sungkan meminta nasihat kepada orang lain yang dipercaya kebaikan mereka. Tidak mesti kepada konsultan keluarga, psikolog, orang tua atau ulama. Bahkan kepada teman dekat Anda, kepada pasangan hidup Anda, dan anak-anak Anda. Mereka semua bisa memberikan kontribusi pengingatan kepada kita.

Yang menjadi masalah justru apabila masing-masing pihak sudah tidak mau menerima nasihat orang lain. Benteng keangkuhan diri telah dibangun sedemikian kuat, dengan bersikukuh tidak mau mendengarkan pendapat dan masukan apapun.

Sikap seperti ini menAndakan tidak ada kemauan untuk islah. Cobalah Anda berdua sesekali waktu sialturahim kepada orang-orang yang Anda percaya kebaikannya, untuk mendapatkan pencerahan.

Cahyadi Takariawan

Cahyadi Takariawan telah menulis lebih dari 50 judul buku yang sebagian besarnya bertema keluarga. Aktivitasnya saat ini selain menulis adalah menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Mendirikan Jogja Family Center (JFC) pada tahun 2000 sebagai kontribusi untuk mengokohkan keluarga Indonesia. Kini JFC bermetamorfosis menjadi Wonderful Family Institute. Beliau dapat diakses melalui Instagram @cahyadi_takariawan

Tinggalkan Balasan