Sinergi Ayah dan Ibu dalam Pengasuhan Anak

Sinergi Ayah dan Ibu dalam Pengasuhan Anak

Oleh : Cahyadi Takariawan

 

Selama ini berkembang pemahaman dan kebiasaan di tengah masyarakat kita, bahwa mendidik dan mengasuh anak adalah tugas seorang ibu. Ayah hanya membantu saja, namun ibulah yang harus mendidik anak sepenuhnya.

Dampak dari pemahaman seperti ini sangat panjang dan lebar, tampak dalam berbagai fenomena kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Perhatikan contoh fenomena dalam berbagai agenda pertemuan yang membahas pengasuhan anak.

Jika ada undangan dari sekolah untuk menghadiri pertemuan orang tua murid dengan guru, yang paling banyak datang adalah ibu-ibu. Waktu ditanya, kemana suami mereka, jawabannya : suami sibuk kerja. Namun ketika pertemuan dibuat pada hari libur, yang datang tetap ibu-ibu.

Pada saat acara pengambilan raport semester atau kenaikan kelas, tampak yang paling banyak datang adalah ibu-ibu. Ketika acara Seminar Parenting dengan tema pendidikan anak, yang memenuhi ruang adalah ibu-ibu.

Ketika acara pengajian umum dengan tema Pendidikan Anak dalam Islam, yang berduyun-duyun hadir adalah ibu-ibu. Yang lebih telaten dan betah menemani anak belajar saat di rumah adalah ibu.

Beberapa fenomena tersebut hanyalah contoh dari adanya pemahaman tentang tugas mendidik dan mengasuh anak adalah ibu. Padahal jika kembalikan kepada ajaran agama, pendidikan anak adalah kewajiban bersama antara suami dan istri, atau antara ayah dengan ibu.

Kedua belah pihak memiliki beban tanggung jawab yang seimbang dalam mendidik dan mengasuh anak. Karena pada dasarnya anak memerlukan sentuhan pendidikan, pembinaan, pengasuhan dari kedua orang tua.

Bahkan jika dicermati secara lebih dalam, legenda dan simbol pendidikan anak yang diabadikan dalam Al Qur’an dan sering menjadi kajian di berbagai majelis ilmu adalah Luqman Al Hakim. Sampai dijadikan nama surat dalam Al Qur’an, yaitu surat Luqman. Beliau adalah orang salih yang dikisahkan metode pendidikan anak, dan menjadi pelajaran penting bagi semua umat manusia beriman.

Legenda dalam pendidikan anak adalah Luqman, bukan istrinya Luqman. Ini menandakan peran ayah yang sangat penting dalam mendidik anak.

Dialog Orang Tua dengan Anak dalam Al Qur’an

Lebih jauh lagi, Al Qur’an mengisyaratkan pentingnya dialog ayah dengan anak, jika dihitung dari jumlah ayat tentang dialog orang tua dengan anak yang diabadikan di dalam Al Qur’an. Sangat menarik studi yang dilakukan oleh Sarah binti Halil bin Dakhilallah Al-Muthiri terkait tema ini. Sarah menulis tesis berjudul “Hiwar Al- Aba’ Ma’a Al-Abna Fil Qur’anil Karim wa Tathbiqatuhu At-Tarbawiyah”, atau Dialog Orang Tua dengan Anak dalam Al-Quran Karim dan Aplikasinya dalam Pendidikan.

Sarah mencatat, Al-Qur’an memuat dialog orang tua dengan anak dalam 17 tempat yang tersebar di 9 surat. Perinciannya, dialog ayah dengan anak sebanyak 14 tempat; dialog ibu dengan anak sebanyak 2 tempat, dialog kedua orang tua dengan anak (tanpa nama) sebanyak 1 tempat. Berikut akan saya nukilkan rincian detailnya.

Pertama, Dialog Ayah dengan Anak dalam Al Qur’an

Sarah mendapatkan 14 tempat dalam Al Qur’an yang berisi dialog ayah dengan anak. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

  1. QS. Al Baqarah 130 – 133 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya dan dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  2. QS. Al An’am : 74 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya.
  3. QS. Hud : 42 – 43 memuat kisah dialog Nabi Hud As dengan anaknya.
  4. QS. Yusuf : 4 – 5 memuat kisah dialog Nabi Yusuf As dengan ayahnya.
  5. QS. Yusuf : 11 – 14 memuat kisah dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  6. QS. Yusuf : 16 – 18 memuat kisah dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  7. QS. Yusuf : 63 – 67 memuat kisah dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  8. QS. Yusuf : 81 – 87 memuat kisah dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  9. QS. Yusuf : 94 – 98 memuat kisah dialog Nabi Ya’qub As dengan anaknya.
  10. QS. Yusuf : 99 – 100 memuat kisah dialog Nabi Yusuf As dengan ayahnya.
  11. QS. Maryam : 41 – 48 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan ayahnya.
  12. QS. Al-Qashash : 26 memuat kisah dialog Syaikh Madyan dengan anak perempuannya.
  13. QS. Luqman : 13 – 19 memuat kisah dialog Luqman dengan anaknya.
  14. QS. Ash-Shaffat : 102 memuat kisah dialog Nabi Ibrahim As dengan anaknya, Ismail.

Demikianlah empat belas tempat dalam Al Qur’an yang memuat kisah dialog ayah dengan anak mereka.

Kedua, Dialog Ibu dengan Anaknya

Ternyata, kisah dialog ibu dengan anaknya hanya ditemukan di dua tempat saja, yaitu pada dua surat berikut :

  1. Maryam : 23 – 26 memuat kisah dialog Maryam dengan janinnya.

فَأَجاءَهَا الْمَخاضُ إِلى‏ جِذْعِ النَّخْلَةِ قالَتْ يا لَيْتَني‏ مِتُّ قَبْلَ هذا وَ كُنْتُ نَسْياً مَنْسِيًّا

“Maka rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar ke pangkal pokok korma, seraya berkata: ‘Wahai, alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini, dan jadilah aku seorang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

فَناداها مِنْ تَحْتِها أَلاَّ تَحْزَني‏ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

“Maka menyerulah dia kepadanya dari tempat yang rendah: Janganlah kau bersedih hati. sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan di dekatmu sebuah anak sungai”.

وَ هُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُساقِطْ عَلَيْكِ رُطَباً جَنِيًّا

“Dan goyanglah pangkal pokok korma itu ke arahmu. niscaya pokok korma itu akan menggugurkan kepadamu korma yang masak ranum’.

فَكُلي‏ وَ اشْرَبي‏ وَ قَرِّي عَيْناً فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَداً فَقُولي‏ إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْماً فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا َ
“Maka makanlah dan minumlah dan senangkanlah hatimu. Maka jika engkau melihat ada manusia agak seorang, katakanlah: Sesungguhnya aku telah bernazar di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih, maka sekali-kali tidaklah aku bercakap-cakap, sejak hari ini dengan seorang manusia pun”.

  1. Al-Qashash : 11 memuat kisah dialog Ibu Musa dengan anak perempuannya.

وَقَالَتْ لِأُخْتِهِۦ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِۦ عَن جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia” Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya” (QS. Al-Qashash : 11).

Ketiga, Dialog Kedua Orang Tua dengan Anaknya

Adapun dialog kedua orang tua dengan anaknya, dijumpai dalam satu tempat saja, yaitu dalam QS. Al-Ahqaf : 17 yang memuat kisah dialog kedua orang tua dengan anaknya tanpa disebut namanya.

وَٱلَّذِى قَالَ لِوَٰلِدَيْهِ أُفٍّ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ ٱلْقُرُونُ مِن قَبْلِى وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيْلَكَ ءَامِنْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ

“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka” (QS. Al-Ahqaf : 17).

Pelajaran Penting Untuk Pendidikan Anak

Dari seluruh perincian tersebut, tampak dialog ayah dengan anak memiliki porsi paling banyak. Hal ini memberi motivasi tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

Al Qur’an memuat dialog ayah dengan anak jauh lebih banyak dibandingkan dengan dialog ibu dengan anak. Hal ini menandakan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak bukan hanya urusan ibu. Namun harus ada peran seimbang dari kedua orang tua.

Ayah harus menyempatkan waktu untuk banyak berdialog dengan anak-anak, karena itu adalah bagian penting dalam proses pendidikan dan pengasuhan anak. Ayah tidak boleh diam dan menyerahkan semua komunikasi dengan anak hanya kepada ibu.

Pendidikan anak harus menjadi tanggung jawab yang seimbang antara ayah dengan ibu karena anak memerlukan sosok keduanya. Keseimbangan peran dari ayah dan ibu akan memberikan andil besar bagi keberhasilan pendidikan anak-anak.

Bahkan jika mengambil dari spirit dalam Al Qur’an tersebut, ayah memang dituntut untuk lebih banyak dialog dengan anak. Maka jangan diam dan pasif wahai ayah, karena Al Qur’an mengajak kita untuk banyak berdiskusi dengan anak.

 

 

Bahan Bacaan

http://www.almaktabah.net/vb/showthread.php?t=23939

http://search.shamaa.org/FullRecord.aspx?ID=34709

https://www.kompasiana.com/pakcah/583e9f77d07a614511c2fa26/ayah-harus-banyak-dialog-dengan-anak

 

Cahyadi Takariawan

Cahyadi Takariawan telah menulis lebih dari 50 judul buku yang sebagian besarnya bertema keluarga. Aktivitasnya saat ini selain menulis adalah menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Mendirikan Jogja Family Center (JFC) pada tahun 2000 sebagai kontribusi untuk mengokohkan keluarga Indonesia. Kini JFC bermetamorfosis menjadi Wonderful Family Institute. Beliau dapat diakses melalui Instagram @cahyadi_takariawan

Tinggalkan Balasan